Selasa, 26 Januari 2016

Sejarah P.O Budiman

Perusahaan Otobus Budiman saat ini menjelma menjadi salah satu perusahaan transportasi umum terbesar di Kota Tasikmalaya. Dengan jumlah lebih dari 1.000 armada meliputi bus ukuran besar dan sedang, PO Budiman saat ini menjadi salah satu "Raja" transportasi di jawa barat.
Perusahaan yang melayani sekitar 100 trayek dalam provinsi hingga antar provinsi itu menyerap ribuan tenaga kerja. Tak salah jika julukan "Kerajaan Bus" di Priangan Timur melekat di perusahaan yang berdiri pada awal 1990 an ini.
Dibalik gagahnya armada bus yang hilir mudik di jalanan, terdapat sosok Saleh Budiman. Pemilik kerajaan bus itu seperti tak kenal lelah mengurusi manajemen perusahaan yang mulai diestafetkan kepada putra-putranya.
Sang raja yang usianya menginjak lebih dari tiga perempat abad ini hampir setiap hari menghabiskan waktunya mengurusi perusahaan yang berlokasi di Jalan IR Juanda Kota Tasikmalaya itu.
Ketika "KP" hendak menemuinya, salah seorang petugas menunjukan sebuah bangunan yang berada di bagian belakang pool bus. Sesampainya di bangunan itu, seorang sekretarisnya pun langsung menunjukan sebuah ruangan sederhana di bagian belakang bangunan tersebut. "Bapak jarang didepan, biasanya suka di belakang," katanya sembari menunjukan ruangan dekat pul bus sedang.
Ruangan yang ditunjukan itupun tidak seperti ruangan seorang raja yang mewah. Atapnya hanya beralaskan asbes. Ketika terik matahari di siang hari mulai menyengat, udara di ruangan itu pun mulai menghangat. Tak ada alat penyejuk ruangan sekalipun. Di mejanya pun banyak menumpuk kertas coretan berbagai urusan perusahaan.
Di mata pekerjanya, ruangan itupun dianggap lebih baik dari ruangan sebelumnya. Letak ruangan itu memang bersebelahan dengan ruangan yang sering dipakai sehari-hari oleh Saleh Budiman. Lagi-lagi dindingnya hanya berlapiskan bilik dan beratapkan seng.
Lebih mengherankan lagi sosok Saleh Budiman di mata para pekerjanya. Lelaki berusia 83 tahun ini acapkali terlihat ikut memperbaiki bus yang masuk kandang karena perlu perbaikan. Bahkan keperluan untuk membeli onderdilpun masih dilakukannya ketika ada waktu luang. "Nanti saja ya wawancaranya kalau sudah salse. Sekarang mau beli onderdil dulu," kata Saleh, singkat.
Keseharian Saleh Budiman memang penuh dengan kesederhanaan. Menurut para pekerja yang sering mendapatkan tugas langsung darinya, ruangan tersebut sengaja ditempati untuk menghilangkan perbedaan antara pekerja dengan bos. Bahkan tak jarang pula Sang "Raja" ini makan beralaskan daun pisang bersama supir maupun mekanik.
"Waktu itu saja pernah bercerita, makan di rumah makan mewah itu tidak nikmat. Nikmat keneh kieu (berkumpul bersama supir dan mekanik). Bahkan ketika rapat dengan penguruspun suka berbicara bahwa perjuangan membangun perusahaan ini meurih," kata salah seorang sopir.
Hal itu juga tidak dipungkiri salah seorang putranya, Dede Sudrajat. Sebenarnya ruang kerja ayahnya itu telah disediakan dengan fasilitas lengkap beserta sekretarisnya. Namun ruangan tersebut jarang digunakan kecuali menerima tamu-tamu dari perusahaan dan perbankan.
"Ya memang seperti itu ruangan yang digunakan bapak. Tidak ada karpet ataupun AC. Atapnya juga dari asbes. Sementara ruang yang disediakan perusahaan jarang digunakan, kecuali saat-saat tertentu," kata Dede ketika ditemui "KP".
Dede yang menjabat sebagai Wakil Wali Kota Tasimalaya itu pun telah berulangkali mengingatkan ayahnya supaya menggunakan fasilitas yang telah disediakan. Ternyata, di ruangan sederhana itu memberikan kenikmatan bekerja tersendiri bagi Saleh Budiman.
"Bapak lebih suka berjam-jam di lapangan. Mengapa? karena sudah menikmatinya. Katanya supaya lebih mudah membangun komunikasi langsung tanpa struktural. Meski memiliki perusahaan besar, juga tidak berarti penuh dengan kemewahan. Karena bapak dari dulu tidak memprioritaskan kebutuhan barang. Pakaian sederhana, HP juga biasa. Hanya mobil saja yang tergolong mewah. Selebihnya biasa-biasa saja," kata nya. (*)

Sejarah P.O Bejeu

Kisah Sukses/PO. Bejeu

Dari Kayu Glondongan hingga Black Bus Community

Seluruh anggota keluarga terlibat dalam kegiatan usaha kecuali yang wanita.

Pernahkah anda melihat bus dengan nuansa warna hitam mengkilat ? Bahkan hingga berbayang dengan obyek yang ada di sekitarnya. Tidak banyak Perusahaan Otobus (PO) memberi warna hitam pada armada busnya. Tidak lain adalah sebuah perusahaan bus dari daerah di Indonesia yang terkenal dengan produk furnitur dan ukirannya yaitu PO Bejeu dari Jepara, Jawa Tengah.

PO Bejeu yang awalnya hanya melayani charter armada saja, saat ini telah hadir juga untuk melayani trayek AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) khusus melayani jalur Jepara – Jakarta sejak Juli tahun 2007. Itu pun masih terbatas hanya untuk jurusan Pulogadung, Jakarta.

Dengan ciri armada berwarna hitam, plus slogan Black Bus Community tampaknya kehadiran Bejeu cukup menarik perhatian para pengguna transportasi khususnya penglaju jalur Jepara – Jakarta. Fasilitas armadanya cukup kompetitif mulai dari fasilitas Air Conditioned, reclining seat, televisi dan LCD, toilet serta smooking area. Yang paling menarik adalah untuk layanan bus malamnya. Para penumpang akan diberikan snack roti bermerek Bejeu karena memang buatan bakery Bejeu selain tentunya service makan cuma-cuma di rumah makan mitra PO Bejeu.

Jumlah armada Bejeu saat ini sebanyak 11 unit untuk melayani jasa bus antarkota dan buspariwisata. Selain itu Bejeu juga memiliki armada mikro yang digunakan untuk travel Jepara – Semarang sebanyak 4 unit yang beroperasi menggunakan Isuzu Elf dan Mitsubhisi Colt Diesel. Armada travel ini juga berwarna hitam. Warna yang menjadi ciri khas Bejeu.

Kendaraan truk besar jenis Hino dan fuso sebanyak 12 unit dan truk colt diesel sebanyak 3 unit pun melengkapi dunia transportasi Bejeu. Kesemuanya digunakan untuk mengangkut gelondongan kayu dan bongkotannya hasil dari pelelangan untuk dipasok ke para pengrajin ukiran khususnya di Jepara.

”Awalnya saya ini usaha dagang bongkotan kayu jati hasil lelang sejak tahun 1989 yang kemudian jadi nama usaha dagang saya yakni BJU singkatan dari Bongkotan Jati Utama. Untuk menambah perputaran dana usaha, saya lantas mencoba berbisnis transportasi dimulai dari armada Isuzu Bison, baru pada tahun 2003 beli bus besar hasil ikut lelang bus bekas Big Bird di Jakarta,” demikian dituturkan H. Rofi’udin SE, pendiri sekaligus pemilik BJU.

”Ngurus bus sebenarnya capek tapi juga senang karena penuh tantangan. Karena dasarnya memang hobi,” demikian diungkapkan lebih lanjut adik bungsunya H. Rifky Muslim sambil senyum. Banyak hal yang harus diperhatikan dan disiapkan oleh perusahaan otobus. Selain kondisi armada yang harus selalu bagus dan prima juga masalah persaingan usaha khususnya di kota Jepara yang notabene margin keuntungan usaha transportasi bus masih relatif kecil, tapi justru disitulah seninya, ujarnya sambil tersenyum lebar.

Untuk mengoperasikan armada bus Bejeu semua keluarga ikut terlibat dalam kegiatan operasional. Masing-masing dibagi-bagi tugas dan peranannya. ”Gambar sembilan bintang di armada bus Bejeu melambangkan jumlah keluarga yang terlibat dalam bisnis Bejeu” demikian penjelasan dari Rifky bungsu dari 11 bersaudara.

Nama Bejeu sebenarnya anonim dengan BJU. ”Agar lebih enak diucapkan ditambahkanlah dua huruf ’e’ dan menjadi lebih berkesan sebuah kata” papar Rifky. ”Namun ada juga yang mengartikannya ”bejo” yang dalam bahasa Jawa bermakna mujur. Mudah-mudahan bisnis keluarga saya bisa seperti itu,” ucapnya sambil tertawa lebar.

Menurut Rifky ide pemilihan warna hitam sebenarnya hanya untuk menjadi ciri khas dan tampil berbeda saja. Sempat juga ragu-ragu karena jarang ada yang memilih warna hitam untuk armada bus namun tampaknya beberapa anggota keluarga setuju jadilah warna hitam ciri Bejeu. ”Namun hati kami tidak hitam lho !!” tutur Rifky.

Senin, 25 Januari 2016

Sejarah P.O MarissaHoliday

PO Marissa Holiday pertama menapakan bannya di aspal panas sejak tahun 2004, didirikan oleh Bpk H. Rachmat Mulyana dan ibi Hj Liza Paramita. Armada pertama dari Marissa Holiday adalah Hino RG dengan bodi rancangan Karoseri ternama Karoseri Rahayu Santosa, Cibinong dengan model Evolution yang saat itu sedang booming. Marissa Holiday dan Karoseri Rahayu Santosa merupakan satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan, Marissa Holiday merupakan pelanggan setia dari Karoseri ini, mulai dari model Evolution, Evo G, Evo C, New Celcius, Euroliner, Skyliner, dan New Skyliner. Untuk Skyliner, Marissa Holiday merupakan pemakai pertama dari produk ini. Dibeli dari pameran IIMS 2012 dengan chasis Mercedes Benz OH 1626. Dan New Skyliner “Black Maroon” yang akan dibawa saat Jambore Nasional Bismania Community 2015 di Jepara merupakan pemakai pertama model ini. Selain Karoseri Rahayu Santosa, Marissa Holiday merupakan pemakai dari produk dari Karoseri Adiputro. Marissa Holiday menggunakan banyak varian chasis untuk memenuhi kebutuhan dari konsumennya, tercatat dalam 38 unit armada Big Bus yang di miliki Marissa Holiday sampai sekarang ini, terdapat varian chasis Hino RG, Hino RK8, Hino RN285, Mercedes Benz OH 1526, Mercedes Benz OH 1626, Mercedes Benz OH 1836 O500R, dan Scania K360IB.
Warna merah marun yang menjadi warna dari Marissa Holiday, mulai digunakan sejak 2010 di armada Rahayu Santosa New Celcius MB OH 1526 atas permintaan dari Alm Hj Marissa Putri anak pertama dari owner Marissa Holiday. Ciri Khas lainnya, di setiap armada Marissa Holiday terdapat bunga dan kupu-kupu. Dan lebih uniknya lagi setiap armada memiliki bunganya masing-masing, jadi tidak sama disetiap armada. Selain itu terdapat gambar kura-kura disetiap armadanya, yang berarti harapan dari pemilik kepada PO Marissa Holiday agar berumur panjang.
Mari kita bahas unit “Black Maroon” Scania K360IB yang dilaunching pada bulan Januari 2015. Scania K360IB berkapasitas tangki bahan bakar sebesar 415liter dibekali dengan mesin DC13 108 Euro III dengan kapasitas mesin 12.700 cc dilengkapi dengan Intercooler, SCANIA PDE injeksi, dan Udara bersih. Menghasilkan tenaga 360HP pada RPM 1900. Untuk unit ini menggunakan transmisi Comfort Shift dengan 8 percepatan (7 Maju + 1 Mundur). Untuk piranti kenyamanan, Scania K360IB menggunakan suspensi udara dimana poros depan diberikan 2 spring air suspension with anti roll bar and shock absorber dan di poros belakang diberikan 4 spring air suspension with anti roll bar and shock absorber, jadi total terdapat 6 buah balon suspensi udara di chasis Scania K360IB ini. Untuk Scania K360IB ini juga dilengkapi dengan fasiliitas kneeling dimana untuk memudahkan keluar masuk kedalam bis. Scania membenamkan Piranti keselamatan kepada K360IB ini dengan rem cakram pada roda depan dan roda belakang, rem udara penuh dengan independen sirkuit pada sirkuit depan, belakang dan parkir. Untuk pengereman dikontrol secara elektronik dengan anti-lock brake system (ABS), Traction Control, dan asbestos-free lining brake. Untuk membantu pengereman, Retarder yang bisa di control secara otomatis dan manual dibenamkan pada unit Scania K360 IB.
Untuk urusan eksterior, model New Skyliner dari Karoseri Rahayu Santosa tidak diragukan lagi modelnya yang menarik dan pertama dipakai oleh PO Marissa Holiday. Bodi dengan tinggi 3.85 Meter ini dicat dengan warna dasar gradasi hitam dan merah marun, itulah mengapa disebut “Black Maroon”, dan terdapat kelir merah menyala yang menimbulkan kesan garang pada armada ini. Untuk bunga dan kupu-kupu juga tidak ketinggalan, terdapat pula sticker Griffin yang besar dibagian belakang bis dan sticker inisial “DRE” diambil dari nama Andrey Mulyana yang merupakan owner dari PO Marissa Holiday. Bagian kaki-kaki pun diberikan velg Alcoa Aluminum Wheels sehingga tampak bersinar dan bling-bling, bukan sekedar gaya tapi berguna karena kokoh dan bobotnya yang lebih ringan. Pneuamatic door dipasang di pintu penumpang, gunanya untuk mempermudah kerja dari asisten pengemudi serta untuk keamanan juga tidak terbuka sendiri saat bis sedang berjalan
Bagian interior, Scania K360IB memberikan fitur Fully-adjustable steering wheel kepada pengemudi untuk kenyamanan dalam mengemudikan armada. Bagian dashboard diberikan warna merah marun sehingga tampak lebih mewah serta penempatan panel-panel dan tombo yang tepat sehingga terlihat rapih, selain itu karpet berwarna merah menambah kesan wah dan mewah kedalam armada ini. Bagian audio dalam bis, Marissa Holliday tidak main-main, PO ini menyerahkan kepada bengkel audio langganannya sehingga suara didalam kabin jernih dan nyaman didengarkan. Armada ini diberikan fasilitas toilet, smoking room, bagasi atas dengan penutup, dan panoramic roof. Di bagian lighting, Karoseri Rahayu Santosa salah satu juaranya, menciptakan lampu yang tidak menyilaukan mata namun tetap terang selain itu untuk unit “Black Maroon” diberikan variasi mood lighting yang bisa disesuaikan dengan keinginan dari konsumen. Fasilitas colokan terdapat di dinding dan terdapat juga di kursi. Urusan kursi, unit ini mempercayakan kepada pabrikan Alldila model VX yang sudah disempurnakan sehingga tetap nyaman ala Alldila dan modelnya lebih menarik. Fasilitas lainnya adalah Wifi, radio untuk komunikasi, GPS, selain itu terdapat Alat Pemadam Api Ringan, alat pemecah kaca, dan Pintu darurat.
Demikian pembahasan tentang Marissa Holiday “Black Maroon” Scania K360IB New Skyliner Karoseri Rahayu Santosa, Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Sejarah P.O Haryanto

Kisah Po Haryanto
Kisah Sukses Pemilik Bus PO. Haryanto yang Patut Dicontoh 
Saya sering melihat bus PO. Haryanto di jalanan, entah itu di sekitar
jalan raya dekat rumah, maupun ketika saya bepergian. Mungkin kamu
juga mengalami hal yang sama? Nampaknya bus ini telah menjadi salah
satu bus yang menguasai jalanan. Betapa tidak, pemilik bus PO.
Haryanto ini di tahun 2013 lalu telah memiliki 83 bus eksekutif yang
melayani jalur Jakarta-Kudus, Pati, Jepara, Ponorogo dan Madura. Dan
bukan tidak mungkin sekarang di tahun 2015, jumlah busnya mengalami
peningkatan. Dari itu semua, kita patut meneladani kisah sukses
pemilik PO. Haryanto ini, dimana beliau dulunya hanyalah anak dari
seorang buruh tani. 
Haryanto, adalah nama pemilik PO. Haryanto. Berawal dari kenekatannya
merauntau ke Jakarta dari Kudus tanpa uang dan pendidikan. Haryanto
akhirnya mendaftar sebagai anggota TNI yang merupakan cita-citanya
sedari kecil.
Bus PO. Haryanto / facebook PO. Haryanto
Cita-cita Haryanto akhirnya tercapai, pada tahun 1979 beliau mulai
bekerja di kesatuan angkatan udara Kostrad di Tangerang. Tugas
Haryanto di TNI AU adalah sebagai pengemudi, mengangkut alat-alat
berat, meriam, beras dan perminyakan. Waktu itu penghasilannya sekitar
Rp 18.000 per bulan.
Pernikahan Haryanto
Pada tahun 1982, Haryanto memberanikan diri untuk menikah. Namun, gaji
belasan ribu yang diterimanya tiap bulan itu ternyata tak cukup untuk
memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Bahkan, rumah sewa berukuran 3 x 4
meter yang beliau huni bersama dengan istrinya tak mampu ia bayar. 
"Untuk membayar sewa rumah saja saya utang," kenangnya seperti dikutip
dari fanspage PO. Haryanto (14/3). Dengan kondisi keuangan yang serba
kepepet itulah, justru mempertebal semangat Haryanto untuk mulai
mencari usaha sampingan.
Nekat Membuka Usaha Sampingan
Awal membuka usaha, beliau tidak langsung memiliki bus. Di tahun 1984,
dengan modal tak lebih Rp. 1 juta dari tabungannya, Haryanto nekat
membeli 1 unit angkot Daihatsu, dan beliau pun menyopiri angkotanya
sendiri. Waktu itu rute angkotanya Pasar Anyar-Serpong. 
Meskipun telah memiliki usaha angkot, beliau tetap mengabdikan diri
sebagai Prajurit TNI AU. Setiap hari beliau menyopir angkotnya dari
jam 15.00-16.00, kemudian bekerja di Kostrad hingga pukul 19.00. 
Jam 22.00, ia mulai mengemudikan angkotnya lagi hingga dini hari. Bisa
dibayangkan betapa sibuknya beliau saat itu. Meskipun jam tidur
berkurang, demi anak dan istri, beliau harus tetap semangat
menjalankan kesibukannya di kala itu. 
Berkat ketekunannya tersebut, tahun-tahun berikutnya, angkot Haryanto
berkembang hingga ratusan unit. Modal untuk membeli angkot juga beliau
dapatkan dari hasil kerja sampingannya yang lain, yaitu sebagai
perwakilan bus PO Sumber Urip yang ia tekuni sejak 1990-2000. 
Meskipun dari bisnis angkotnya beliau bisa mengantongi jutaan rupiah
perhari, namun Haryanto tak mudah berpuas diri. Tahun 1990 ia membuka
satu gerai showroom mobil di Tangerang yang khusus menjual angkot dari
beragam karoseri. Gerai ini tak membutuhkan modal yang banyak,
Haryanto hanya menyiapkan lahan bagi mereka yang ingin menjual
angkotnya. Setiap bulan sekitar 20-30 unit mobil berhasil beliau jual.
Merintis PO. Haryanto
Di usianya yang ke 43 tahun, sekitar tahun 2002, Haryanto mengajukan
surat pengunduran diri dari TNI AU. Dan sejak pensiun itulah Haryanto
mulai sibuk dengan bisnis barunya di Perusahaan Otobus, yaitu PO
Haryanto. 
Kala itu Haryanto mendapat pinjaman dari BRI sekitar Rp 3 miliar. Uang
itu ia gunakan untuk membeli 6 unit bus, dimana 1 bus harganya Rp 800
juta. 
Pada tahun 2013 lalu, jumlah karyawan Haryanto sekitar 500 orang.
Sopir PO. Haryanto mendidik sopir-sopirnya agar tak ugal-ugalan dan
diprotes penumpang. Walau sudah menjadi juragan bus, Haryanto tetap
rai segan-s setiap hari nongkrong di terminal, memeriksa sendiri
kondisi bus-busnya sambil mendengarkan keluhan penumpang. 
Sukses berbisnis trasnportasi, pada tahun 1997 beliau dan orang tua
beserta istrinya berangkat ke tanah suci. Haryanto pun bertekad
memberangkatkan para karyawannya ke tanah suci Mekkah. Akhirnya tekad
tersebut berbuah kepada tradisi. Bagi karyawan yang taat dan tekun
beribadah, Haryanto tak segan-segan membagi tiket untuk beribadah ke
tanah suci Mekkah.
Meskipun pangkat terakhirnya di TNI AU hanya Kopral, namun berkat
ketekunannya menjalankan bisnis transportasi ini, penghasilan Haryanto
pun tak mau kalah dengan seorang jenderal.