
Selasa, 26 Januari 2016
Sejarah P.O Budiman

Sejarah P.O Bejeu
Kisah Sukses/PO. Bejeu
Dari Kayu Glondongan hingga Black Bus Community
Seluruh anggota keluarga terlibat dalam kegiatan usaha kecuali yang wanita.
Pernahkah anda melihat bus dengan nuansa warna hitam mengkilat ? Bahkan hingga berbayang dengan obyek yang ada di sekitarnya. Tidak banyak Perusahaan Otobus (PO) memberi warna hitam pada armada busnya. Tidak lain adalah sebuah perusahaan bus dari daerah di Indonesia yang terkenal dengan produk furnitur dan ukirannya yaitu PO Bejeu dari Jepara, Jawa Tengah.
PO Bejeu yang awalnya hanya melayani charter armada saja, saat ini telah hadir juga untuk melayani trayek AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) khusus melayani jalur Jepara – Jakarta sejak Juli tahun 2007. Itu pun masih terbatas hanya untuk jurusan Pulogadung, Jakarta.
Dengan ciri armada berwarna hitam, plus slogan Black Bus Community tampaknya kehadiran Bejeu cukup menarik perhatian para pengguna transportasi khususnya penglaju jalur Jepara – Jakarta. Fasilitas armadanya cukup kompetitif mulai dari fasilitas Air Conditioned, reclining seat, televisi dan LCD, toilet serta smooking area. Yang paling menarik adalah untuk layanan bus malamnya. Para penumpang akan diberikan snack roti bermerek Bejeu karena memang buatan bakery Bejeu selain tentunya service makan cuma-cuma di rumah makan mitra PO Bejeu.
Jumlah armada Bejeu saat ini sebanyak 11 unit untuk melayani jasa bus antarkota dan buspariwisata. Selain itu Bejeu juga memiliki armada mikro yang digunakan untuk travel Jepara – Semarang sebanyak 4 unit yang beroperasi menggunakan Isuzu Elf dan Mitsubhisi Colt Diesel. Armada travel ini juga berwarna hitam. Warna yang menjadi ciri khas Bejeu.
Kendaraan truk besar jenis Hino dan fuso sebanyak 12 unit dan truk colt diesel sebanyak 3 unit pun melengkapi dunia transportasi Bejeu. Kesemuanya digunakan untuk mengangkut gelondongan kayu dan bongkotannya hasil dari pelelangan untuk dipasok ke para pengrajin ukiran khususnya di Jepara.
”Awalnya saya ini usaha dagang bongkotan kayu jati hasil lelang sejak tahun 1989 yang kemudian jadi nama usaha dagang saya yakni BJU singkatan dari Bongkotan Jati Utama. Untuk menambah perputaran dana usaha, saya lantas mencoba berbisnis transportasi dimulai dari armada Isuzu Bison, baru pada tahun 2003 beli bus besar hasil ikut lelang bus bekas Big Bird di Jakarta,” demikian dituturkan H. Rofi’udin SE, pendiri sekaligus pemilik BJU.
”Ngurus bus sebenarnya capek tapi juga senang karena penuh tantangan. Karena dasarnya memang hobi,” demikian diungkapkan lebih lanjut adik bungsunya H. Rifky Muslim sambil senyum. Banyak hal yang harus diperhatikan dan disiapkan oleh perusahaan otobus. Selain kondisi armada yang harus selalu bagus dan prima juga masalah persaingan usaha khususnya di kota Jepara yang notabene margin keuntungan usaha transportasi bus masih relatif kecil, tapi justru disitulah seninya, ujarnya sambil tersenyum lebar.
Untuk mengoperasikan armada bus Bejeu semua keluarga ikut terlibat dalam kegiatan operasional. Masing-masing dibagi-bagi tugas dan peranannya. ”Gambar sembilan bintang di armada bus Bejeu melambangkan jumlah keluarga yang terlibat dalam bisnis Bejeu” demikian penjelasan dari Rifky bungsu dari 11 bersaudara.
Nama Bejeu sebenarnya anonim dengan BJU. ”Agar lebih enak diucapkan ditambahkanlah dua huruf ’e’ dan menjadi lebih berkesan sebuah kata” papar Rifky. ”Namun ada juga yang mengartikannya ”bejo” yang dalam bahasa Jawa bermakna mujur. Mudah-mudahan bisnis keluarga saya bisa seperti itu,” ucapnya sambil tertawa lebar.
Menurut Rifky ide pemilihan warna hitam sebenarnya hanya untuk menjadi ciri khas dan tampil berbeda saja. Sempat juga ragu-ragu karena jarang ada yang memilih warna hitam untuk armada bus namun tampaknya beberapa anggota keluarga setuju jadilah warna hitam ciri Bejeu. ”Namun hati kami tidak hitam lho !!” tutur Rifky.
Senin, 25 Januari 2016
Sejarah P.O MarissaHoliday

Sejarah P.O Haryanto
jalan raya dekat rumah, maupun ketika saya bepergian. Mungkin kamu
juga mengalami hal yang sama? Nampaknya bus ini telah menjadi salah
satu bus yang menguasai jalanan. Betapa tidak, pemilik bus PO.
Haryanto ini di tahun 2013 lalu telah memiliki 83 bus eksekutif yang
melayani jalur Jakarta-Kudus, Pati, Jepara, Ponorogo dan Madura. Dan
bukan tidak mungkin sekarang di tahun 2015, jumlah busnya mengalami
peningkatan. Dari itu semua, kita patut meneladani kisah sukses
pemilik PO. Haryanto ini, dimana beliau dulunya hanyalah anak dari
seorang buruh tani.
merauntau ke Jakarta dari Kudus tanpa uang dan pendidikan. Haryanto
akhirnya mendaftar sebagai anggota TNI yang merupakan cita-citanya
sedari kecil.
Bus PO. Haryanto / facebook PO. Haryanto
Cita-cita Haryanto akhirnya tercapai, pada tahun 1979 beliau mulai
bekerja di kesatuan angkatan udara Kostrad di Tangerang. Tugas
Haryanto di TNI AU adalah sebagai pengemudi, mengangkut alat-alat
berat, meriam, beras dan perminyakan. Waktu itu penghasilannya sekitar
Rp 18.000 per bulan.
Pernikahan Haryanto
Pada tahun 1982, Haryanto memberanikan diri untuk menikah. Namun, gaji
belasan ribu yang diterimanya tiap bulan itu ternyata tak cukup untuk
memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Bahkan, rumah sewa berukuran 3 x 4
meter yang beliau huni bersama dengan istrinya tak mampu ia bayar.
dari fanspage PO. Haryanto (14/3). Dengan kondisi keuangan yang serba
kepepet itulah, justru mempertebal semangat Haryanto untuk mulai
mencari usaha sampingan.
Nekat Membuka Usaha Sampingan
Awal membuka usaha, beliau tidak langsung memiliki bus. Di tahun 1984,
dengan modal tak lebih Rp. 1 juta dari tabungannya, Haryanto nekat
membeli 1 unit angkot Daihatsu, dan beliau pun menyopiri angkotanya
sendiri. Waktu itu rute angkotanya Pasar Anyar-Serpong.
sebagai Prajurit TNI AU. Setiap hari beliau menyopir angkotnya dari
jam 15.00-16.00, kemudian bekerja di Kostrad hingga pukul 19.00.
dibayangkan betapa sibuknya beliau saat itu. Meskipun jam tidur
berkurang, demi anak dan istri, beliau harus tetap semangat
menjalankan kesibukannya di kala itu.
berkembang hingga ratusan unit. Modal untuk membeli angkot juga beliau
dapatkan dari hasil kerja sampingannya yang lain, yaitu sebagai
perwakilan bus PO Sumber Urip yang ia tekuni sejak 1990-2000.
perhari, namun Haryanto tak mudah berpuas diri. Tahun 1990 ia membuka
satu gerai showroom mobil di Tangerang yang khusus menjual angkot dari
beragam karoseri. Gerai ini tak membutuhkan modal yang banyak,
Haryanto hanya menyiapkan lahan bagi mereka yang ingin menjual
angkotnya. Setiap bulan sekitar 20-30 unit mobil berhasil beliau jual.
Merintis PO. Haryanto
Di usianya yang ke 43 tahun, sekitar tahun 2002, Haryanto mengajukan
surat pengunduran diri dari TNI AU. Dan sejak pensiun itulah Haryanto
mulai sibuk dengan bisnis barunya di Perusahaan Otobus, yaitu PO
Haryanto.
itu ia gunakan untuk membeli 6 unit bus, dimana 1 bus harganya Rp 800
juta.
Sopir PO. Haryanto mendidik sopir-sopirnya agar tak ugal-ugalan dan
diprotes penumpang. Walau sudah menjadi juragan bus, Haryanto tetap
rai segan-s setiap hari nongkrong di terminal, memeriksa sendiri
kondisi bus-busnya sambil mendengarkan keluhan penumpang.
beserta istrinya berangkat ke tanah suci. Haryanto pun bertekad
memberangkatkan para karyawannya ke tanah suci Mekkah. Akhirnya tekad
tersebut berbuah kepada tradisi. Bagi karyawan yang taat dan tekun
beribadah, Haryanto tak segan-segan membagi tiket untuk beribadah ke
tanah suci Mekkah.
Meskipun pangkat terakhirnya di TNI AU hanya Kopral, namun berkat
ketekunannya menjalankan bisnis transportasi ini, penghasilan Haryanto
pun tak mau kalah dengan seorang jenderal.